REVOLUSI INDUSTRI 4.0: Siapkah kamu menghadapinya?
Ritme hidup telah berubah drastis. Produksi sudah diambil alih oleh pabrik-pabrik besar lengkap dengan mesin dan robot ‘pintar’ mereka. [1]
Perubahan yang tidak pernah dibayangkan sebelumnya kini benar terjadi pada abad ke-21. Hal ini tak lepas dari berbagai macam kejadian di masa lalu, salah satunya adalah Revolusi Industri. Revolusi Industri menyebabkan perubahan cepat yang mempengaruhi berbagai sektor, incumbent yang tidak siap akan kerepotan mengahadapi disrupsi kreatif ini. Ditilik dari sejarahnya, Revolusi Industri telah terjadi empat kali. Revolusi Industri pertama dimulai dengan ditemukannya mesin uap, kereta api dan produksi yang dimekanisasi. Revolusi Industri yang kedua terjadi pada tahun 1890 dengan ditemukannya listrik dan pendekatan baru dalam manufaktur tentang produksi masal. Revolusi Industri ketiga terjadi ketika ditemukannya semikonduktor dan penyebaran computer serta internet pada tahun 1960an. [2]
Sekarang, kita sedang mengadapi Revolusi Industri yang keempat, pengembangan dari teknologi digital pada Revolusi Industri 3. Muncul berbagai terobosan baru yang tak hanya dalam bidang digital (artificial intelligence), tetapi juga pada bidang fisika (penemuan material baru), biologi (bio-engineering), Internet of Things dan teknologi-teknologi lainnya. Teknologi baru tersebut dan berbagai interaksi di dalamnya akan menawarkan berbagai penemuan baru. Hampir semua aspek dalam kehidupan kita akan terpengaruh: pekerjaan, model bisnis, struktur industri, interaksi sosial dan sistem pemerintahan.[2]
Disadari atau tidak disrupsi pada bidang transportasi sudah terjadi. Disrupsi ini terjadi merata di seluruh dunia atas hadirnya Uber, Grab dan Go-Jek. Terjadi keributan-keributan seperti black cab taxi di London atau Blue Bird di Jakarta bertarung melawan Uber, Grab dan Go-Jek pada tahun 2014-2016. Akibat serangan disrupsi, laba bersih dari dua perusahaan taksi besar di Indonesia turun drastis per September 2016. Blue Bird mengalami penurunan laba bersih sebesar 42,3% ( dari 629 miliar rupiah menjadi 362 milar rupiah).[3] Sementara itu, Taksi Ekspress mengalami rugi bersih sebesar 81,8 miliar rupiah dari sebelumnya untung sebesar 11,8 miliar rupiah.[4] Hal ini terjadi karena birokrasi mengatur perusahaan taksi harus memiliki pool sendiri, bengkel sendiri, armada sendiri. Menyebabkan perusahaan taksi mengeluarkan terlalu banyak uang untuk menjalankan bisnisnya. Berbeda dengan Go-Jek. Mereka tidak memiliki pool, bahkan satu armada taksipun mereka tidak punya. Mereka menjalankan sharing economy, armada dimiliki oleh mitra driver sehingga memang tidak memerlukan pool maupun bengkel, tentunya ini dapat memangkas pengeluaran dalam jumlah besar. Dampaknya jelas, harga jasa taksi menjadi murah dan ini lebih disukai masyarakat. Disrupsi akan mudah terjadi pada perusahaan dengan highly regulated. Layanan yang lebih murah akan selalu didukung masyarakat, sekalipun penguasa dan birokrasi menentang atau bahkan menangkap mereka.[5] Transportasi Online sendiri sempat dilarang pada 17 Desember 2015 oleh Kementrian Transportasi, namun sehari kemudian peraturan tersebut dicabut kembali. Hal ini menunjukkan birokrasi pun akan kesusahan untuk melarang sebuah perubahan yang masyarakat mendukungnya.
Revolusi Industri 4.0 yang sedang terjadi telah mengubah cara hidup, bekerja, berhubungan satu sama lain pada berbagai bidang seperti pada bidang transportasi dan bukan tidak mungkin mempengaruhi bidang yang lain. Kita tidak tahu persis apa yang akan terjadi di masa depan pada sektor yang belum terpengaruhi. Satu hal yang jelas: dunia harus merespon terhadap perubahan tersebut secara terintegrasi dan komprehensif dengan melibatkan seluruh pemangku kepentingan, mulai dari sektor publik, swasta, pemerintah sampai akademisi.[6]
Perubahan itu keniscayaan, datang untuk ditolak, dihindari atau dipersiapkan? Are you ready for being a part of the creative disruption ?
BEM KMFA 2018
Kabinet Karsa Ravindra
1. ^ Allen, C. Robert, 2017, The Industrial Revolution, UK: Oxford University Press
2. ^ Asean Development Bank, 2017, ASEAN 4.0:What does the Fourth Industrial Revolution meanfor regional economic integration?, Switzerland: World Economic Forum
3. ^ https://finance.detik.com/bursa-dan-valas/d-3333777/taksi-express-rugi-rp-81-m-dalam-9-bulan
4. ^ https://finance.detik.com/bursa-valas/3333877/laba-blue-bird-tergerus-42-jadi-rp-362-m
5. ^ Kasali, Rhenald, 2017, Disruption, Jakarta: Gramedia.
6. ^ Tjandrawinata, Raymond R., 2016, Industri 4.0: revolusi industri abad ini dan pengaruhnya pada bidang kesehatan dan bioteknologi